Ini adalah kisah cinta antara kakek Arun dan nenek Gemma. Mendengar kisah cinta
mereka, aku menyadari bahwa ternyata cinta sejati itu memang ada. Dan ingin
segera kulupakan sakit hatiku karena kisah cintaku sendiri.
Semoga cerita ini juga bisa menyembuhkan kekecewaan akan cintamu
saat ini...
Nenekku populer sebagai gadis yang tercantik di kotanya saat
itu. Banyak pemuda yang menaruh hati pada nenek dan bersedia memberikan
cintanya. Mulai dari yang tampan hingga yang kaya berusaha menarik perhatian
nenek, tetapi nenek tak pernah tertarik pada semua pemuda itu.
Hingga suatu saat kakek bertemu nenek di sebuah pesta. Kakekku
adalah pemuda yang biasa-biasa saja. Tidak tampan, dan tidak kaya. Hari itu ia
mengumpulkan semua keberanian dirinya untuk menyapa nenek. Mengajaknya sekedar
menikmati secangkir kopi di sebuah coffee shop di ujung kota. Entah mengapa
nenek mengiyakan ajakannya. Berharap segera keluar dari hiruk pikuk pesta.
Di sana mereka duduk berhadapan, dengan wajah cemas kakek
berharap bisa berbincang banyak dengan nenek yang saat itu cuek dan tak
terlihat tertarik sama sekali. Kata nenek sih, ia menerima ajakan kakek karena
telah merasa bosan dengan pesta tersebut. Nenek menggunakan alasan kakek agar
ia bisa pergi dan segera pulang. Di tengah perbincangan yang membisu, kakek
memanggil pelayan coffee shop tersebut. "Pak, bolehkah aku meminta sedikit
garam untuk dimasukkan pada kopi ini?" Semua orang yang ada di sekitar
kakek dan nenek keheranan. Untuk apa garam dimasukkan ke dalam secangkir kopi?
Hal tersebut berhasil menarik perhatian nenek. "Untuk apa
kau menaruh garam di dalam kopimu?" tanya nenek.
Nenekpun merasa tersentuh. Tak pernah ditemui pemuda semanis
kakek. Sejak saat itu, mereka selalu pergi berkencan dan bercerita panjang
lebar. Merekapun akhirnya menikah. Hidup bahagia, hingga punya banyak anak dan
cucu.
Suatu kali, di ulang tahun pernikahan ke-50, kakek akhirnya
menghembuskan nafas terakhirnya. Di sebuah kotak berisi perhiasan kado ulang
tahun pernikahan, ditinggalkannya secarik surat untuk nenek. Karena mata nenek
sudah kurang awas untuk membaca, maka ia memintaku untuk membacanya. Kira-kira
beginilah isi surat itu...
Gemma yang terkasih,
Aku meminta maaf akan sebuah kesalahan yang sangat besar, yang
pernah kulakukan sepanjang hidupku. Aku menyimpan sebuah kebohongan besar
selama ini. Ingatkah saat aku mengajakmu ke coffee shop hari itu? Saat itu aku
sangat gugup sekali. Saking gugupnya aku ingin meminta tambahan gula untuk
kopiku. Namun, entah kenapa yang terucap adalah aku meminta garam.
Aku tak ingin terlihat konyol di depanmu. Dan akhirnya aku
mengarang cerita itu. Aku tak tahu lagi harus bagaimana. Kau terlihat begitu
cantik dan sempurna, hingga aku tak ingin melepaskanmu.
Tetapi, percayalah sayang... bahwa sepanjang hidupku aku sangat
mencintaimu. Aku tak ingin kehilangan diriku. Sehingga sekalipun setiap pagi
kau buatkan kopi asin itu, semua selalu terasa manis karenamu. Jujur saja, kau
mungkin tak akan suka rasanya, karena sebenarnya rasanya sungguh tidak enak.
Air mata nenekpun turun membasahi pipinya. Ia sadar betapa
besarnya cinta kakek padanya. Sejak saat itupun ia selalu menambahkan garam di
dalam kopinya. Setiap kali ada orang yang bertanya bagaimanakah rasa kopi bila
ditambah garam, ia akan menjawabnya "rasanya manis sekali :)"
No comments:
Post a Comment