Wednesday, June 12, 2013

Telah Dibayar Lunas Dengan Segelas Susu . . . .



 "Jangan Letih Untuk Berbuat Baik . . . "

Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup dari menjual asongan dari rumah ke rumah, ia menemukan bahwa dikantongnya hanya tersisa beberapa sen uang saja, dan saat itu dia sangat lapar. Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya, hanya untuk menutupi rasa laparnya. Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saat seorang wanita muda membuka pintu rumah.
Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya punya keberanian meminta segelas air untuk menghilangkan dahaganya. Ketika wanita muda tersebut melihat, dan ia berpikir bahwa anak lelaki tersebut pastilah sangat lapar, oleh karena itu ia membawakan segelas besar susu. Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat, dan kemudian bertanya, “Berapa uang yang harus saya bayar untuk segelas besar susu ini?” Wanita itu menjawab, “Kamu tidak perlu membayar apapun”. “Orang tua kami mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk sebuah kebaikan, “Kata wanita itu menambahkan. Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya dan berkata, “Dari dalam hatiku yang paling dalam aku berterima kasih pada anda.” Belasan bahkan puluhan tahun kemudian, wanita muda ini sudah menjadi tua, ia mengalami sakit yang sangat kritis. Para dokter di kota kecil dimana ia tinggal, sudah tidak sanggup menanganinya. Mereka akhirnya mengirimnya ke kota besar, dimana terdapat dokter spesialis yang mampu menangani penyakit langka tersebut. Dr. Howard Kelly dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat ia mendengar nama kota asal si wanita tua tersebut, terbersit seberkas pancaran aneh pada mata dokter Kelly. Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui ruang rumah sakit, menuju kamar si wanita tua tersebut. Dengan jubah kedokterannya ia menemui si wanita tua itu. Ia langsung mengenali wanita tua itu dengan pasti pada sekali pandang. Ia kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya yang terbaik untuk menyelamatkan hidup wanita tua itu. Mulai hari itu, Ia selalu memberikan perhatian khusus pada penanganan wanita tua itu.

The Power Of Invisble Hand . . .




“ Ada tangan tak terlihat yang senantiasa bekerja  untuk kita, tanpa kita sadari, dan kekuatannya melebihi apapun jua….”
Kisah ini bermula dari kejadian tujuh tahun silam. Saat itu aku baru saja lulus SMP. Aku berkeinginan melanjutkan ke jenjang berikutnya, yaitu SMA. Harapan itu ternyata harus pupus di tengah jalan karena kondisi ekonomi dan orang tua yang tidak mendukung keputusanku. Tak sedikit guru yang menyayangkan keadaan ini, karena dari sisi akademik kemampuanku bisa di bilang cukup lumayan. Nilai ujian nasionalku rata-rata 9,3. Tentunya dengan rata-rata nilai tersebut sangat mudah bagiku untuk masuk SMA favorit. Namun, kenyataan manis itu hanya akan tinggal menjadi impian sesaat.
Di tengah keputusasaanku, ada satu guru yang menasihatiku, “Tahun depan harus sekolah lagi ya meski bagaimanapun caranya, sambil bekerja atau apapun itu.” Kata-kata itu begitu melekat dalam sanubariku hingga tiap waktu kupanjatkan harapku pada Sang Pemilik Jagad ini. Tentunya  dengan azam yang kuat “tahun depan aku harus sekolah”.
Sampai pada suatu saat, Allah tunjukkan kuasa-Nya yang begitu indah. Ketika aku menjadi panitia kajian muslimah satu kecamatan, aku diberi tugas untuk mencari pengisi acara tersebut. Tanpa pikir panjang, aku langsung teringat sosok umahat yang begitu berkharisma di mataku. Awal perjumpaanku dengan beliau adalah ketika menghadiri kajian yang diisi oleh beliau. Aku berusaha mencari nomor telepon dan alamat beliau.
Akhirnya, aku mendatangi rumah beliau dan mengutarakan maksudku. Karena terlalu sibuk, beliau tidak bisa mengisi acara yg kami adakan. Ketika itu, tiba-tiba pertanyaan yg tidak aku bayangkan terucap dari bibir indah beliau, “Adik namanya siapa?”. Aku menjawab singkat dengan menyebut namaku. Kemudian beliau berkata, “Adik mau sekolah?”  
Aku langsung tersentak mendengar kata-kata itu dan hanya terdiam. Aku hanya berpikir dalam hati, “ Ya Allah Kuasa-Mu begitu tiada terkira, kau kabulkan hajat hamba-Mu dengan cara yg tidak pernah bisa kami bayangkan.”
Betapa tidak, orang yang belum pernah aku kenal, yang baru aku lihat hari ini menawari aku untuk sekolah lagi? Harapan besar yg selama ini aku simpan. Aku pun menerima tawaran tersebutl.
Kini impianku akan terwujud dengan cara-Nya. Lewat tangan-Nya yang tidak terlihat, ia juga mengijinkan aku kuliah melalui program beasiswa. Alhamdulillah, sampai hari ini aku bisa mengamalkan ilmuku sekaligus mencari ma’isyah di salah satu sekolah di Surakarta.
Betapa tangan tak terlihat itu selalu ada untuk kita, hamba-hamba-Nya yang mau berusaha dan bersungguh-sungguh. Dari dulu, sekarang, nanti bahkan sampai kapanpun “the invisible hand”  akan tetap selalu bekerja untuk kita, ialah Allah Azza wa jalla, Subhanallah.

(Hadila; Labila, Solo)