Monday, April 18, 2016

La Tahzan , Berkah Kebaikan



Pada suatu hari aku bersimpuh di pelataran Masjid Al-Haram sambil menikmati munajat kepada Allah,” demikian Syaikh aidh al-Qarni mengajak kita berselancar dengan kisah-kisahnya dalam karya monumental, La Tahzan



Kota Makkah sedang dipanggang oleh terik matahari. Kira-kira waktu Dzuhur masih tersisa satu jam lagi. Tiba-tiba seorang laki-laki tua melintas dihadapanku. Kedua tangannya memegang gelas-gelas berisikan air Zam-zam. Tampak jemari keriput itu menggenggam erat. Seolah ingin memastikan, tak ada air yang tumpah dari wadah yang berbahan plastik itu.
Dengan santun, ia lalu menghampiri setiap manusia yang ada di sekililingnya. Menawarkan seteguk air Zam-zam segar di siang hari yang terik. Demikian seterusnya, pria sepuh itu tak henti membasuh leher-leher tamu Baitullah dengan air Zam-zam. Sontak orang-orang di sekitarnya ikut menatap perbuatan orang itu. Seolah ikut menunggu, kapan kemuliaan itu datang menghampiri mereka, meneguk air Zam-zam yang mulia dari sodoran laki-laki berhati mulia itu.
Tak jauh darinya, aku hanya bisa membatin,” aidh al-Qarni meneruskan ceritanya.
“Aku terpana menyaksikan tersenyum ketika menawarkan segelas air Zam-zam. Terlebih melihat senyum itu kembali mengembang lebar kala orang-orang berterima kasih kepadanya. Mahasuci Allah yang telah melapangkan hati seseorang dalam berbuat kebaikan. Sebab potensi dan ladang kebaikan itu ada bertebar di sekeliling kita semua. Cuma terkadang hati ini yang telah lusuh. Ia kabur bersebab noda pekat. Seolah tak lagi mengenal kebaikan-kebaikan yang ditawarkan.”