Sebuah Catatan Kecil Afifah Afra
Prolog:
bagi yang menjadi friend saya (Afifah Afra) di FB mungkin sudah baca note ini.
Cukup meriah tanggapan mereka. Ada lebih dari 100 komentar yang membikin
diskusi tentang tema ini terasa meriah. Karena banyak yang mengatakan tulisan
itu menginspirasi, akhirnya saya upload di blog saya ini. Selamat membaca!
Ketika akhirnya saya
dilamar oleh seorang lelaki, saya luruh dalam kelegaan. Apalagi lelaki itu,
kelihatannya ‘relatif’ sempurna. Hapalannya banyak, shalih, pintar. Ia juga
seorang aktivis dakwah yang sudah cukup matang. Kurang apa coba?
Saya merasa sombong! Ketika melihat
para lajang kemudian diwisuda sebagai pengantin, saya secara tak sadar
membandingkan, lebih keren mana suaminya dengan suami saya.
Sampai akhirnya air mata saya harus
mengucur begitu deras, ketika suatu hari menekuri 3 ayat terakhir surat
At-Tahrim. Sebenarnya, sebagian besar ayat dalam surat ini sudah mulai saya
hapal sekitar 10 tahun silam, saat saya masih semester awal kuliah. Akan
tetapi, banyak hapalan saya menguap, dan harus kembali mengucur bak air hujan
ketika saya menjadi satu grup dengan seorang calon hafidzah di kelompok
pengajian yang rutin saya ikuti.
66:10. Allah membuat istri Nuh dan istri
Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan
dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu
berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu
mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya);
Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka)".
66:11. Dan Allah membuat istri Firaun
perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Tuhanku,
bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku
dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang lalim",
66: 12. dan Maryam putri Imran yang
memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh
(ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan
Kitab-kitab-Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat.
SEBUAH KONTRADIKSI
Ada 4 orang yang
disebut dalam 3 ayat tersebut. Mereka adalah Istri Nuh, Istri Luth, Istri
Firaun dan Maryam. Istri Nuh (IN), dan Istri Luth (IL) adalah symbol perempuan
kafir, sedangkan Istri Firaun (IF) dan Maryam (M), adalah symbol perempuan
beriman. Saya terkejut, takjub dan ternganga ketika menyadari bahwa ada sebuah
kontradiksi yang sangat kuat. Allah memberikan sebuah permisalan nan ironis.
Mengapa begitu?
IN dan IL adalah contoh perempuan yang
berada dalam pengawasan lelaki shalih. Suami-suami mereka setaraf Nabi
(bandingkan dengan suami saya! Tak ada apa-apanya, bukan?). Akan tetapi mereka
berkhianat, sehingga dikatakanlah kepada mereka, waqilad khulannaaro ma’ad
daakhiliin…
Sedangkan antitesa dari mereka, Allah bentangkan kehidupan IF (Asiyah binti Muzahim) dan M. Hebatnya, IF adalah istri seorang thaghut, pembangkang sejati yang berkoar-koar menyebut “ana rabbakumul a’la.” Dan Maryam, ia bahkan tak memiliki suami. Ia rajin beribadah, dan Allah tiba-tiba berkehendak meniupkan ruh dalam rahimnya. Akan tetapi, cahaya iman membuat mereka mampu tetap bertahan di jalan kebenaran. Sehingga Allah memujinya, wa kaanat minal qaanithiin…
Sedangkan antitesa dari mereka, Allah bentangkan kehidupan IF (Asiyah binti Muzahim) dan M. Hebatnya, IF adalah istri seorang thaghut, pembangkang sejati yang berkoar-koar menyebut “ana rabbakumul a’la.” Dan Maryam, ia bahkan tak memiliki suami. Ia rajin beribadah, dan Allah tiba-tiba berkehendak meniupkan ruh dalam rahimnya. Akan tetapi, cahaya iman membuat mereka mampu tetap bertahan di jalan kebenaran. Sehingga Allah memujinya, wa kaanat minal qaanithiin…
PEREMPUAN SEMPURNA
Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw.
bersabda:
"Sebaik-baik wanita penghuni
surga itu adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiyah
binti Muzahim istri Firaun, dan Maryam binti Imran." (HR. Ahmad 2720,
berderajat shahih).
Empat perempuan itu
dipuji sebagai sebaik-baik wanita penghuni surga. Akan tetapi, Rasulullah saw.
masih membuat strata lagi dari 4 orang tersebut. Terpilihlah dua perempuan yang
disebut sebagai perempuan sempurna. Rasul bersabda, “Banyak lelaki yang
sempurna, tetapi tiada wanita yang sempurna kecuali Asiyah istri Firaun dan
Maryam binti Imran. Sesungguhnya keutamaan Asiyah dibandingkan sekalian wanita
adalah sebagaimana keutamaan bubur roti gandum dibandingkan dengan makanan
lainnya.” (Shahih al-Bukhari no. 3411).
Inilah yang membuat saya terkejut!
Bahkan perempuan sekelas Fathimah dan Khadijah pun masih ‘kalah’ dibanding
Asiyah IF dan Maryam binti Imran. Apakah gerangan yang membuat Rasul menilai
semacam itu?
Ah, saya bukan seorang mufassir ataupun
ahli hadits. Namun, dalam keterbatasan yang saya mengerti, tiba-tiba saya
sedikit meraba-reba, bahwa penyebabnya adalah karena keberadaan suami.
Khadijah, ia perempuan hebat, namun ia tak sempurna, karena ia diback-up total
oleh Muhammad saw., seorang lelaki hebat. Fathimah, ia dahsyat, namun ia tak
sempurna, karena ada Ali bin Abi Thalib kw, seorang pemuda mukmin yang tangguh.
Sedangkan Asiyah? Saat ia menanggung
deraan hidup yang begitu dahsyat, kepada siapa ia menyandarkan tubuhnya, karena
justru yang menyiksanya adalah suaminya sendiri. Siksaan yang membuat ia
berdoa, dengan gemetar, "Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di
sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan
selamatkanlah aku dari kaum yang lalim." Siksaan yang membuat nyawanya
terbang, ah… tidak mati, namun menuju surga. Mendapatkan rizki dan bersukaria
dengan para penduduk akhirat.
Bagaimana pula dengan Maryam? Ia
seorang lajang yang dipilih Allah untuk menjadi ibunda bagi Nabi Isa. Kepada
siapa ia mengadu atas tindasan kaumnya yang menuduh ia sebagai pezina?
Pantas jika Rasul menyebut mereka:
Perempuan sempurna…
JADI, YANG MENGANTAR ke Surga, Adalah Amalan Kita
Jadi, bukan karena (sekadar) lelaki
shalih yang menjadi pendamping kita. Suami yang baik, memang akan menuntun kita
menuju jalan ke surga, mempermudah kita dalam menjalankan perintah agama.
Namun, jemari akan teracung pada para perempuan yang dengan kelajangannya
(namun bukan sengaja melajang), atau dengan kondisi suaminya yang memprihatinkan
(yang juga bukan karena kehendak kita), ternyata tetap bisa beramal dan
cemerlang dalam cahaya iman. Kalian adalah Maryam-Maryam dan Asiyah-Asiyah,
yang lebih hebat dari Khadijah-Khadijah dan Fathimah-Fathimah.
Sebaliknya, alangkah hinanya para
perempuan yang memiliki suami-suami nan shalih, namun pada kenyataannya, mereka
tak lebih dari istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth. Yang alih-alih mendukung
suami dalam dakwah, namun justru menggelendot manja, “Mas… kok pergi pengajian
terus sih, sekali-kali libur dong!” Atau, “Mas, aku pengin beli motor yang
bagus, gimana kalau Mas korupsi aja…”
Benar, bahwa istri hebat ada di samping suami hebat. Namun, lebih hebat lagi adalah istri yang tetap bisa hebat meskipun terpaksa bersuamikan orang tak hebat, atau bahkan tetapi melajang karena berbagai sebab nan syar’i. Dan betapa rendahnya istri yang tak hebat, padahal suaminya orang hebat dan membentangkan baginya berbagai kemudahan untuk menjadi hebat. Hebat sebagai hamba Allah!
Benar, bahwa istri hebat ada di samping suami hebat. Namun, lebih hebat lagi adalah istri yang tetap bisa hebat meskipun terpaksa bersuamikan orang tak hebat, atau bahkan tetapi melajang karena berbagai sebab nan syar’i. Dan betapa rendahnya istri yang tak hebat, padahal suaminya orang hebat dan membentangkan baginya berbagai kemudahan untuk menjadi hebat. Hebat sebagai hamba Allah!
Wallahu a’lam bish-shawwab.
(http://www.afifahafra.net/2011/06/perempuan-sempurna-siapakah-kau.html)
No comments:
Post a Comment