Wednesday, October 10, 2012

10 (Sepuluh) Falsafah Hidup Orang Jawa


   Semoga filosofi leluhur/ pemikiran orang jawa ini bisa memberikan dan  menambah wawasan kebijaksanaan, meskipun dinilai oleh sebagian orang yang merasa modern sebagai hal yang kuno dan ketinggalan jaman.

Bismillahirrohmanirrohim
 
Berikut 10 (sepuluh) Falsafah hidup Orang Jawa ;

Urip Iku Urup; Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik. 
Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara; Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak. 
Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti; Segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar. 
Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha; Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan; kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan. 
Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan; Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu. 
Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman; Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut-kejut; Jangan mudah kolokan atau manja. 
Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman; Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi. 
Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka; Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah;Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka. 
Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo; Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat. 
Aja Adigang, Adigung, Adiguna; Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti.

. . . Semoga bermanfaat . . .
 (Kutipan dari; www.suaramerdeka.com)

Tuesday, October 9, 2012

PEREMPUAN SEMPURNA, SIAPAKAH KAU?



Sebuah Catatan Kecil Afifah Afra
Prolog: bagi yang menjadi friend saya (Afifah Afra) di FB mungkin sudah baca note ini. Cukup meriah tanggapan mereka. Ada lebih dari 100 komentar yang membikin diskusi tentang tema ini terasa meriah. Karena banyak yang mengatakan tulisan itu menginspirasi, akhirnya saya upload di blog saya ini. Selamat membaca!
Ketika akhirnya saya dilamar oleh seorang lelaki, saya luruh dalam kelegaan. Apalagi lelaki itu, kelihatannya ‘relatif’ sempurna. Hapalannya banyak, shalih, pintar. Ia juga seorang aktivis dakwah yang sudah cukup matang. Kurang apa coba?
Saya merasa sombong! Ketika melihat para lajang kemudian diwisuda sebagai pengantin, saya secara tak sadar membandingkan, lebih keren mana suaminya dengan suami saya.
Sampai akhirnya air mata saya harus mengucur begitu deras, ketika suatu hari menekuri 3 ayat terakhir surat At-Tahrim. Sebenarnya, sebagian besar ayat dalam surat ini sudah mulai saya hapal sekitar 10 tahun silam, saat saya masih semester awal kuliah. Akan tetapi, banyak hapalan saya menguap, dan harus kembali mengucur bak air hujan ketika saya menjadi satu grup dengan seorang calon hafidzah di kelompok pengajian yang rutin saya ikuti.