Sunday, February 19, 2012

MEMETIK PANEN DARI KESABARAN


Ditengah gemuruhnya kota, ternyata Riyadh menyimpan bayak kisah. Kota ini menyimpan rahasia yang hanya diperdengarkan kepada telinga dan hati yang mendengar. Tentu saja, Hidayah adalah kehendak NYA dan Hidayah hanya akan diberikan kepada mereka yang mencarinya. Ada sebuah energi yang luar biasa dari cerita yang kudengar beberapa hari yang lalu dari sahabat Saya mengenal banyak dari mereka, ada beberapa dari Palestina, Bahrain, Jordan, Syiria, Pakistan, India, Srilanka dan kebanyakan dari Mesir dan Saudi Arabia sendiri. Ada beberapa juga dari suku Arab yang tinggal dibenua Afrika. Salah satunya adalah teman dari Negara Sudan, Afrika. Saya mengenalnya dengan nama Ammar Mustafa, dia salah satu Muslim kulit hitam yang juga kerja di Hotel ini. Beberapa bulan ini saya tidak lagi melihatnya berkerja. Biasanya saya melihatnya bekerja bersama pekerja lainnya menggarap proyek bangunan di tengah terik matahari kota Riyadh yang sampai saat ini belum bisa ramah dikulit saya.
Hari itu Ammar tidak terlihat. Karena penasaran, saya coba tanyakan kepada Iqbal tentang kabarnya. ”Oh kamu tidak tahu?” Jawabnya balik bertanya, memakai bahasa Ingris khas India yang bercampur dengan logat urdhu yang pekat.
“Iyah beberapa minggu ini dia gak terlihat di Mushola ya?” Jawab saya. Selepas itu, tanpa saya duga iqbal bercerita panjang lebar tentang Ammar. Dia menceritakan tentang hidup Ammar yang pedih dari awal hingga akhir, semula saya keheranan melihat matanya yang menerawang jauh. Seperti ingin memanggil kembali sosok teman sekamarnya itu. Saya mendengarkan dengan seksama.
Ternyata Amar datang ke kota Riyadh ini lima tahun yang lalu, tepatnya sekitar tahun 2004 lalu. Ia datang ke Negeri ini dengan tangan kosong, dia nekad pergi meninggalkan keluarganya di Sudan untuk mencari kehidupan di Kota ini. Saudi arabia memang memberikan free visa untuk Negara-Negara Arab lainnya termasuk Sudan, jadi ia bisa bebas mencari kerja disini asal punya Pasport dan tiket.
Sayang, kehidupan memang tidak selamanya bersahabat. Do’a Ammar untuk mendapat kehidupan yang lebih baik di kota ini demi keluarganya ternyata saat itu belum terkabul. Dia bekerja berpindah pindah dengan gaji yang sangat kecil, uang gajinya tidak sanggup untuk membayar apartemen hingga ia tinggal di apartemen teman temannya.

Friday, February 17, 2012

Potret Kemiskinan (Mati Bersama Yang Tersayang)

Lama dari mereka terbuang, begitu mudah tersingkirkan. Di tengah kekuasaan dan kerakusan mengantar ruang kenistaan. Bertahan dari keadaan, berjuang untuk hidup.

Bukan mereka pemalas, ataupun pembual belaka adanya. Mandi keringat, banting tulang tak segan mereka lakukan meskipun hanya untuk bertahan hidup.

Teringat kembali ku pada sebagian kisah diantaranya,..Mati Bersama Yang Tersayang

Bersama 4 buah hatinya, pemulung lusuh mencoba bertahan, istri menghilang pergi bersama kelaliman, tanpa kesetiaan dan tanggung jawab.

Menyusuri jalan, mengais bersama sampah, bau busuk sahabatnya. Tak malu ia menunggu, sebagian orang yang membuang sisa makanannya. Ya,… ya,.. hanya sekedar tuk bertahan.

Hidup yang selalu di hampiri kesedihan, setiap pulang buah hatinya kian selalu menanyakan “bapak bawa apa ?”,  “ibu kapan pulang ?”,  “kenapa kami tak sekolah ?”,  pedih,… perih,.. menusuk dalam hati yang terasa pasti.

Terbesit hati tuk mengakhiri penderitaan yang di alami kian terus menghantui. Pemulung itu mencoba meracuni buah hatinya dan mati bersama mereka. Di putuskannya hal itu.

Dengan menjual apa-apa yang masih dia punya dan apa-apa yang ada, di belikannya baju-baju indah untuk buah hatinya, di belikannya makan makanan lezat untuk buah hatinya dan meracuninya.

” Nak sini, kita berkumpul, bapak ada kabar gembira untuk kalian. Hari ini bapak banyak rejeki, maka bapak belikan ini untuk kalian, dan baju ini dari ibu kalian”

“Besok ibu… ingin bertemu kalian dengan memakai baju ini, besok pagi sekali kita berangkat, maka pakailah baju ini sekarang supaya besok tidak terlambat”

Serasa angin surga menyapa anak anak itu, ceria dengan baju baju itu .

“Sekarang makanlah kalian”

“Tidak,.. kami mau bapak yang menyuapin kami” Sahut anak sulungnya

Senyum bersama tangis hati, merona di muka pemulung, “Baiklah,, bapak akan menyuapin kalian satu persatu, dari puteri (anak bungsu) dulu ya,,?”

Mengangguk mereka seraya tak sabar menunggu. Satu persatu di suapinnya, penuh keceriaan di muka mereka dan seusainya di suruh tidur mereka, saatnya giliran pemulung yang makan makanan itu.

Bersama malam gelap gulita,…telah terasa senja tiba, manakala menyapa seorang teman dari pintu luar…. Guna mengajak mengais sampah.

“Man….. Tugiman … kamu gak kerja ya…?”

Terbangun kaget pemulung… “Di mana aku,..ini Surga.. apa Neraka..?”

Melihatnya ke samping buah hatinya masih tertidur, mencoba membangunkan mereka,.. dan,… tak bangun jua,…

“Mereka,… mereka,… telah mati,… aku,..membunuh mereka, kenapa ku tak bersama mereka?”

Hanya tangis kesedihan penuh penyesalan,..karena terundang suara tangisan, sesegera mungkin teman di luar, masuk rumah pemulung.

Sekarang pun pemulung itu harus meratapi kesedihannya di balik jeruji besi.

Sebenarnya siapa yang seharusnya merasa paling bersalah dalam kisah nyata ini…siapaa? 


Bagi anda yang berlebihan  tolong sisihkan sebagian untuk mereka...bagi yg masih korupsi tolong berhentilah karena anggaran itu bisa digunakan untuk mereka yg membutuhkan...dan setiap orang termasuk anda mempunyai peranan sendiri2 ....

Monday, February 13, 2012

''KISAH NYATA KETEGARAN WANITA SHOLIHAH''


Cerita ini adalah kisah nyata… dimana perjalanan hidup ini ditulis oleh seorang istri dalam sebuah laptopnya.
Bacalah, semoga kisah nyata ini menjadi pelajaran bagi kita semua.
(semoga menjadi pengingat bagiku, ketika ku sudah melangkah ke dalam kehidupan baru)
 ***
 Cinta itu butuh kesabaran…

Sampai dimanakah kita harus bersabar menanti cinta kita???
 ’’Ayah Sayang Bunda…."
Hari itu.. aku dengannya berkomitmen untuk menjaga cinta kita.. Aku menjadi perempuan yg paling bahagia….. Pernikahan kami sederhana namun meriah….. Ia menjadi pria yang sangat romantis pada waktu itu. Aku bersyukur menikah dengan seorang pria yang shaleh, pintar, tampan & mapan pula. Ketika kami berpacaran dia sudah sukses dalam karirnya. Kami akan berbulan madu di tanah suci, itu janjinya ketika kami berpacaran dulu.. Dan setelah menikah, aku mengajaknya untuk umroh ke tanah suci…. Aku sangat bahagia dengannya, dan dianya juga sangat memanjakan aku… sangat terlihat dari rasa cinta dan rasa sayangnya pada ku. Banyak orang yang bilang kami adalah pasangan yang serasi. Sangat terlihat sekali bagaimana suamiku memanjakanku. Dan aku bahagia menikah dengannya.


Mangkuk yang Cantik, Madu dan Sehelai Rambut.


Suatu kali Rasulullah SAW bersama Abu Bakar ra., Umar bin Khthab ra., Utsman bin Affan ra. bertamu ke rumah Ali bin Abi Thalib ra. Fatimah Az-Zahra, putri Rasulullah SAW yang merupakan isteri Ali, menghidangkan madu dalam mangkuk. Ketika madu dihidangkan, sehelai rambut terikut dalam mangkuk. Rasul lalu meminta semua mebuat perbandingan terhadap mangkuk, madu, dan sehelai rambut itu.
 Abu Bakar ra. memulai, "Iman itu lebih cantik dari mangkuk cantik ini. Orang beriman lebih manis dari madu. Dan mempertahankan iman lebih susah dari meniti sehelai rambut".
 Umar ra. menyahut, "Kerajaan lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Seorang raja lebih manis dari madu. Dan memerintah dengan adil lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
 Utsman ra bertutur, "Ilmu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Orang menuntut ilmu lebih manis dari madu. Dan beramal dengan ilmu yang dimiliki lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
 Ali ra. menyahut, "Tamu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Menjamu tamu lebih manis dari madu. Dan membuat tamu senang sampai kembali pulang lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
 Fatimah Az-Zahra pun menimpali, "Seorang wanita lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Wanita yang berpurdah lebih manis dari madu. Dan mendapatkan wanita yang tak pernah dilihat (auratnya) oleh orang lain kecuali muhrimnya adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
 Rasulullah SAW pun tersenyum, kemudian beliau bersabda, " Seseorang yang mendapatkan taufik (petunjuk) untuk beramal lebih cantik dari mangkuk yang cantik. Beramal baik lebih manis dari madu. Dan berbuat amal dengan hati ikhlas lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
 Jibril as. pun turut berkata, "Menegakkan pilar-pilar agama lebih cantik dari mangkuk cantik, menyerahkan diri, harta, dan waktu untuk agama lebih manis dari madu. Dan mempertahankan agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
 Kemudian Allah SWT berfirman, "Surga-Ku lebih cantik dari mangkuk yang cantik. Nikmat Surga-Ku lebih manis dari madu. Dan jalan menuju Surga-Ku lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
 Begitulah keseharian Rasulullah SAW dan para sahabatnya, senantiasa mencari dan memberi yang terbaik di jalan yang di Ridhoi Allah SWT. Bagaimana dengan kita ?.
 Wallahua'lam,.
 (Hikmah - Republika).