Wednesday, September 12, 2012

Abdi Negara

(Sumber http://sosbud.kompasiana.com/2012/02/23/"saya-juga-pns-2"/)


“Saya (juga) PNS”












Membaca tulisan seorang Kompasianer berjudul “PNS: Adakah Nuansa Baru di Balik Kenaikan Gajimu?”
membuat saya tergelitik untuk menulis ini.

Ini kisah saya ketika pertama kali bekerja di kantor pemerintahan sebagai seorang pegawai negeri sipil, kira2 tujuh tahun yg lalu. Di akhir tahun 2004, dibuka penerimaan CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) secara luas dan terang-terangan di seluruh Indonesia. Kebijakan pemimpin baru ketika itu. Saya menyebut terang-terangan karena selama ini penerimaan CPNS selalu tertutup, sembunyi2, hanya diketahui oleh kalangan terbatas, dan tentu saja yang bisa lulus juga hanya orang2 tertentu saja, yang punya banyak uang (karena harus pakai uang pelicin puluhan juta) atau punya koneksi dengan pejabat tinggi. Dua syarat inilah yang harus dimiliki jika ingin menjadi PNS di negeri ini. Dua hal itulah yang tidak saya miliki, dan karenanya saya tidak tertarik untuk ikut terlibat dalam hiruk pikuk penerimaan CPNS. Apalagi posisi yang tersedia di Pemkab (pemerintah kabupaten) tempat tinggal saya, yang kiranya bisa saya lamar hanya 1 orang ! Bayangkan, dari ribuan orang yang bakal melamar, hanya 1 orang yg akan diterima. Selain itu, jujur saja, saya tidak begitu suka melihat PNS. Di mata saya PNS itu pemalas, lamban dan mata duitan. Apa sih kerja PNS itu? Tetangga saya PNS yang kebetulan masih kerabat, berangkat ke kantornya jam 9, kemudian jam 12 sudah ada di rumah untuk makan siang dan beristirahat (tidur). Jarang sekali ia kembali ke kantor setelah istirahat siang. Masih ditambah lagi dengan kegiatan nya di antara jam 9 sampai jam 12 ‘berkeliaran’ di luar kantor. Entah itu menjemput anak, mengantar istri, duduk2 di warung kopi, dsb..dsb.. Lalu kapan dia kerja?

Jika berurusan ke kantor pemerintahan pun, yang saya lihat di kantor adalah meja-meja kosong, atau PNS duduk santai di belakang mejanya sambil membaca koran, ngobrol dengan teman sesama PNS atau main game di depan komputer. Jarang sekali dijumpai PNS yang kelihatan rajin bekerja, ramah, siap membantu kita. Kalaupun kemudian urusan kita selesai selalu diminta ‘uang administrasi’, ‘uang rokok’, ‘uang tinta’ dsb, terang2an ataupun tersamar.

Tuesday, September 4, 2012

Berkaca Diri




Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas diri adalah dengan sering-sering melakukan koreksi terhadap diri sendiri. Kenapa diri sendiri harus dikoreksi? Sebab, manusia tidak pernah sempurna, manusia sangat mudah tergelincir ke dalam kesalahan, manusia sangat mudah ke luar dari jalur visinya oleh berbagai godaan kehidupan. Bila Anda tulus untuk mengoreksi diri sendiri, itu berarti Anda telah memahami bahwa diri Anda tidak sempurna, dan hal ini akan menjadikan Anda lebih rendah hati untuk selalu belajar tentang hal-hal baru untuk menumbuhkan kualitas diri.

Setiap hari adalah hari perubahan; setiap hari adalah hari pembelajaran terhadap realitas baru; setiap hari adalah hari untuk mengevaluasi diri sendiri; dan setiap hari adalah hari untuk mengoreksi diri sendiri dari hal-hal yang salah arah. 
Dengan pemahaman seperti itu, Anda akan menemukan diri Anda menjadi sangat kuat dan tidak rentan terhadap hal-hal yang memudarkan harapan dan keinginan. Saya selalu berpendapat bahwa lebih baik kita tampak bodoh, tapi tetap berada di jalur visi yang terang menderang, daripada kita merasa sangat pintar, tapi bingung dengan arah perjalanan diri kita sendiri.

Kehidupan selalu beriringan dengan risiko dan peluang. Risiko berpotensi menimbulkan rasa takut dan ragu, sedangkan peluang selalu menimbulkan antusias dan senang. Persoalannya, risiko dan peluang sering sekali sangat sulit untuk dibedahkan. Sesuatu yang terlihat sangat berisiko mungkin saja menjadi sebuah peluang yang luar biasa. Dan sebaliknya, sebuah peluang besar mungkin saja menjadi risiko yang merugikan. Diri yang tercerahkan dalam kerendahan hati untuk melakukan koreksi terhadap sikap, pikiran, perasaan, tindakan, rencana, dan keadaan; akan menjadi diri yang mampu memiliki naluri untuk membedahkan mana risiko dan mana peluang.
Miliki sikap untuk selalu jujur terhadap integritas diri sendiri, agar hati nurani mampu mengatakan mana yang benar dan mana yang salah dari semua tindakan Anda. Bila hati nurani Anda sudah mampu menjadi alat pengendali diri, maka diri Anda akan menjadi sangat kuat untuk berjalan ke arah visi kehidupan Anda dengan penuh percaya diri.

Sadar Diri

Diri terdiri dari banyak dimensi, tapi semuanya terpusat di dalam otak. Otak sebagai penghasil pikiran dan emosi adalah titik awal dari munculnya kesadaran diri. Melalui kekuatan pikiran dalam kesadaran diri yang penuh integritas, Anda dapat belajar tentang kekayaan pengetahuan diri Anda. Untuk kemudian, memberikan fondasi bagi penguatan kepribadian Anda, agar dapat mengelola kekayaan potensi hidup dengan berkualitas. Mengetahui diri sendiri melalui nilai-nilai integritas adalah hal yang sangat luar biasa untuk membawa diri menuju puncak kehidupan terbaik.

Diri sejati seperti sebuah perpustakaan yang kaya dengan buku-buku kehidupan untuk membekali diri menuju masa depan yang lebih cemerlang. Untuk membuat perpustakaan diri sejati Anda agar tetap kaya dengan pengetahuan, Anda tidak boleh menghindari pengetahuan baru. Anda harus selalu membuka diri untuk mendapatkan umpan balik dari orang lain, dan terus-menerus belajar untuk mendapatkan nilai- nilai positif dari pandangan orang lain. Kosongkan diri Anda dari kesombongan pengetahuan, agar Anda dapat mengembangkan kekayaan pengetahuan diri Anda dengan lebih maksimal. Sekali Anda menganggap banyak tahu dan sangat pintar, maka perpustakan diri Anda akan ketinggalan zaman, dan hanya akan terisi oleh buku-buku lama yang mungkin sudah tidak sesuai dengan realitas zaman.

Kepribadian manusia sangat tergantung kepada keunggulan kesadaran diri. Semakin sadar seseorang tentang diri sejatinya, maka dia akan semakin unggul untuk berjalan bersama proses kehidupannya melalui kecerdasan sejati. Dia akan semakin cerdas untuk berinteraksi dengan orang lain, serta semakin cerdas untuk memperlihatkan kepribadian unggul kepada kehidupan. Dia semakin unggul untuk mengelola potensi diri dan mampu memanfaatkan semua keunggulan diri melalui kepribadian yang rendah hati. Termasuk, selalu sadar diri untuk memahami dan menghargai perbedaan dan menciptakan hubungan saling percaya dengan orang yang berbeda.

Proses sadar diri untuk penguatan kepribadian selalu harus diperkuat dengan nilai- nilai inti kepribadian (self core values). Kemauan untuk selalu berkaca diri melalui evaluasi diri dengan mengacu pada nilai-nilai inti kepribadian akan mengungkapkan jati diri yang asli. Di sini, integritas diri sangat menentukan, apakah diri sudah betul-betul berada di titik tertinggi kesadaran termulia, atau masih dalam belenggu kepentingan.

Copyright © 2010 leadership-park.com